Suatu hari, seorang tokoh sufi besar, Ibrahim bin Adham, cuba untuk memasuki sebuah tempat mandi umum. Penjaganya meminta duit bayaran masuk. Ibrahim menggeleng dan mengaku bahwa ia tidak mempunyai wang.
Penjaga tersebut lalu berkata, “Jika engkau tidak mempunyai duit, engkau tak boleh masuk.”
Ibrahim seketika menjerit dan tersungkur ke atas tanah. Dari mulutnya terdengar ratapan-ratapan kesedihan. Orang ramai yang melalui tempat itu berhenti dan berusaha menghiburnya. Seseorang bahkan menawarinya wang agar ia dapat masuk ke tempat pemandian.
Ibrahim menjawab, “Aku menangis bukan karena tidak dibenarkan masuk ke tempat pemandian ini. Ketika si penjaga meminta duit untuk membayar caj masuk, aku langsung teringat pada sesuatu yang membuatku menangis. Jika aku tidak diizinkan masuk ke pemandian dunia ini kecuali jika aku membayar tiket masuknya, harapan apa yang boleh kumiliki agar diizinkan memasuki surga? Apa yang akan terjadi padaku jika mereka menuntut: Amal soleh apa yang telah kau bawa? Apa yang telah kau kerjakan yang cukup berharga untuk boleh dimasukkan ke surga? Sama ketika aku diusir dari tempat pemandian sebab tidak mampu membayar, aku tentu tidak akan dinenarkan memasuki surga jika aku tidak mempunyai amal soleh apa pun. Itulah sebabnya aku menangis dan meratap.”
Dan orang-orang di sekitarnya yang mendengar ucapan itu langsung terjatuh dan menangis bersama Ibrahim.